Meski kini dikenal sebagai penceramah kondang dan juga bos investasi, Ustaz Yusuf Mansur justru mengungkapkan jika ia masih memakai sepatu yang hampir jebol. Membeli sepatu tentunya bukan perkara sulit bagi Ustaz Yusuf Mansur. Apalagi bisnisnya kini berkembang pesat dan menghasilkan rezeki yang tak sedikit.
Yusuf Mansur dikenal sebagai penggagas PayTren yang belakangan populer. Ia mengaku membangun bisnis ini dengan cara pendekatan ibadah. Di mana ibadah yang ia dan tim tunjukkan lewat sistem pasar modal syariah.
Ia mengaku prinsip bisnisnya dikuatkan pula oleh prinsip ibadah dan dakwah agar sistem ini berjalan sesuai syariat agama islam. Sukses dengan PayTren, Ustaz Yusuf lantas menjajaki bisnis lainnya seperti properti sampai klub sepak bola. Lantas apa alasan Ustaz Yusud Mansur tak suka mengoleksi sepatu berharga mahal dan justru memakai satu sepatu yang sudah lama dibelinya?
Melalui akun Instagram, ia pun memberikan jawabannya. Tampak Ustaz Yusuf Mansur mengunggah video kondisi dua sepatu kulit yang hampir lepas sol nya. "Sepatu ini udah mau pensiun. Hahaha. Nanti dilem dulu lah. Masih bisa dilem ini. Dilem Aibon ntar," ujar Ustaz Yusuf Mansur.
"Sepatu kesayangan ya Ustaz?" tanya seseorang di dekatnya. "Enggak juga. Enggak pernah ada yang saya sayang," kelakar Ustaz Yusuf Mansur. Ustaz Yusuf Mansur lalu menunjukkan sepatu di bagian kiri yang ternyata memiliki nasib sama.
"Tuh. Sepasang. Tapi ini dilem udah beres ini," ucap Ustaz Yusuf Mansur. Lantas lewat caption yang ditulis, Ustaz Yusuf Mansur memberikan sebuah pesan. Terlalu irit menurutnya juga tak terlalu baik, karena bisa saja ada rezeki orang lain yang ditahan tahan.
"Mestinya ga usah irit2. Lupa prinsip, hahaha. Belanja aja. Itung2 sedekah ke penjual dan ke para pekerja sepatu… Sholluu 'alannabiyy," tulis Ustaz Yusuf Mansur. Unggahannya itu lantas mendapat beragam komentar dari warganet pengguna Instagram. Yusuf Mansyur terlahir dengan nama Jam'an Nurkhatib Mansur.
Ia lahir dari keluarga Betawi berkecukupan pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrifíah dan sangat dimanja orang tuanya. Sejak kecil, ia anak yang cerdas, sehingga tampak kecerdasannya itu dari cara menangkap pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Chairiyah Mansuriyah Jembatan Lima, Tambora Jakarta Barat. Madrasah ini didirikan Uyutnya, KH Muhammad Mansur yang dikenal dengan panggilan, Guru Mansur.
Belakangan sekolah dikelola Uwanya, KH Ahmadi Muhammad. Yusuf Mansur memanggilnya, Ayah Mamat. Sejak usia 9 tahun, Kelas 4 MI (Madrasah Ibtidaiyah), ia sering tampil di atas mimbar untuk berpidato pada acara Ihtifal Madrasah yang diselenggarakan setiap tahun menjelang Ramadhan.
Tamat MI , kemudian melanjutkan ke MTs (Madrasah Tsanawiyah) Chairiyah Mansuriyah, yaitu lembaga pendidikan yang dikelola oleh keluarganya, KH Achmadi Muhammad. Dan Yusuf Mansur, adalah siswa paling muda usianya dibandingkan dengan teman temannya yang lain. Karena di usia 14 tahun, ia lulus dari Mts Chairiyah Mansuriyah, pada tahun 1988/1989, sebagai siswa terbaik.
Dari Mts Chairiyah Mansuriyah, kemudian ia melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol sebagai lulusan terbaik. Lulusan Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat, tahun 1992 ini pernah kuliah di Fakultas Hukum, Jurusan Syari'ah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini tertuang dalam pengantar bukunya "Lukmanul Hakim Mencari Tuhan yang Hilang" yang diungkap oleh Prof Dr H Amin Suma, MA MH. Namun, berhenti tengah jalan karena lebih suka balapan motor.
Pada tahun 1996, ia terjun di bisnis informatika. Sayang bisnisnya malah menyebabkan ia terlilit hutang dan membuatnya masuk rumah tahanan selama 2 bulan. Hal serupa kembali terulang pada tahun 1998.
Saat di penjara itulah, ia menemukan hikmah tentang sedekah. Selepas dari penjara, ia mencoba memulai usaha dari nol lagi dengan berjualan es di terminal Kali Deres. Berkat kesabaran dan keikhlasan sedekah pula akhirnya bisnisnya mulai berkembang dari semula berjualan dengan termos, lalu gerobak sampai kemudian memiliki pegawai.
Hidup Yusuf Mansyur mulai berubah saat ia berkenalan dengan seorang polisi yang memperkenalkannya dengan LSM. Selama bekerja di LSM itulah, ia membuat buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku yang terinspirasi oleh pengalamannya sewaktu di penjara saat rindu dengan orang tua.
Tak dinyana, buku itu mendapat sambutan yang luar biasa. Yusuf Mansur sering diundang untuk bedah buku tersebut. Dari sini, undangan untuk berceramah mulai menghampirinya.
Di banyak ceramahnya, ia selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh contoh kisah kehidupan nyata. Gaya bicaranya yang simpel dan apa adanya saat berdakwah membuat isi ceramah mudah dicerna dan digemari masyarakat. Ia sekarang tengah menggeluti bisnis network yaitu VSI (Veretra Sentosa Internasional).
Yusuf Mansur juga menggagas berdirinya Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA) yang mencetak penghafal Qur'an melalui pendidikan gratis bagi para dhuafa yang ada di Pondok Pesantren Daarul Qur'an Bulak Santri. Alamatnya di Jl Ketapang Poncol, Ketapang, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Dana dari program ini diambil dari sedekah jamaah Wisata Hati.
Nama: Yusuf Mansur Instagram: @yusufmansurnew Lahir: Jakarta, 19 Desember 1976
Kebangsaan: Indonesia Nama lain: Ustadz YM Pekerjaan: Pimpinan Pesantren, Penceramah, Pengusaha, Penulis
Istri: Siti Maemunah Anak: Wirda Salamah Ulya Mansur, Qumii Rahmatal Qulub Mansur, Muhammad Kunn Syafii Mansur, Muhammad Yusuf Al Haafidz Mansur, Aisyah Humairoh Hafidzoh Mansur Orang tua: Abdurrahman Mimbar (Ayah), Humrifíah (Ibu)
Buku Mencari Tuhan Yang Hilang Sinetron Religi Maha Kasih Film dan Sinetron Kun Fayakuun.