SM Entertainment adalah salah satu agensi besar di Korea. SM merupakan salah satu pelopor grup Kpop di tahun 90 an dengan boyband H.O.T. Kemudian, grup yang dibuat oleh SM hampir selalu sukses.
Misalnya TVXQ, Super Junior, Girls Generation, EXO, NCT, dan Red Velvet. Tidak heran jika publik selalu menunggu dan penasaran dengan grup keluaran SM. Dikutip dari Allkpop, SM mengumumkan akan mendebutkan girlgrup baru.
Girlgrup terakhir dari SM adalah Red Velvet yang debut di tahun 2014. Nama girlgrup baru ini bernama 'aespa'. SM juga merilis logo dari aespa yang tampak classy dengan warna abu abu.
Aespa adalah kombinasi dari æ', yang merupakan singkatan 'avatar x experience'. Serta bahasa Inggris, 'aspect'. Nama aespa dapat berarti bertemu dengan sisi lain dirimu dan mengalami kehidupan baru.
Girlgrup ini akan debut pada November 2020. Dikabarkan, aespa akan memiliki banyak member yaitu 11. Ini kedua kalinya SM memiliki girlgrup dengan banyak member.
Sebelumnya ada Girls Generation yang debut di tahun 2007 dan terbilang sukses. Publik penasaran dengan member yang akan debut di grup aespa. Pasalnya, banyak trainee wanita populer di SM sudah keluar.
Netizen berspekulasi 3 orang trainee yang masih ada di SM akan masuk. Mereka adalah Yoo Jimin, Helen, dan Ning Ning. Yoo Jimin adalah trainee yang terkenal dengan kecantikan wajahnya.
Dirinya sudah populer meski masih trainee. Sementara Helen adalah gadis asal Korea yang besar di Brisbane, Australia. Helen disebut sangat pintar menari.
Ning Ning adala trainee asal Tiongkok yang sangat berbakat. Dirinya disebut akan menjadi vokal utama. Kita tunggu saja debut dari aespa!
Kpop atau Korean Pop adalah berbagai budaya Korea Selatan yang mendunia. Juga dikenal sebagai Hallyu Wave, Kpop digemari masyarakat dunia termasuk Indonesia. Produk seperti musik dan drama mendominasi, banyak budaya lain yang juga jadi sorotan.
Misalnya makanan, make up, skin care, style pakaian, dan masih banyak lagi. Negara Korea Selatan sendiri memang sangat gencar memanfaatkan industri kreatif. Tidak heran jika Kpop dapat meningkatkan perekonomian negara tersebut.
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi juga menyampaikan hal tersebut. Perekonomian Korsel saat ini tidak lagi pada tahap mengandalkan industri manufaktur. Melainkan sudah masuk ke sektor jasa, industri kreatif, serta digitalisasi.
Hal ini didukung dengan tingginya popularitas budaya pop Korsel. "Sejak tahun 2000 an korean wave mendunia, dengan k pop dan k drama, jadi itu mereka kapitalisasi untuk meningkatkan ekspor dari produk produk Korsel," ujarnya dalam webinar Core: Kreativitas dan UMKM Ala Korea Selatan, Rabu (14/10/2020). Ia menjelaskan, pemerintah Korsel memiliki strategi K Brand dalam pemasaran produk produk negara tersebut.
Branding dengan istilah 'K' ini dilakukan mulai dari membidik penggemar k pop dan k drama, yang memang tengah populer secara global. Teorinya, lanjut Umar, ketika seseorang sudah tertarik dengan k pop dan k drama, maka ia akan berusaha memiliki merchandise atau barang yang berkaitan dengan idolanya, baik itu penyanyi atau yang disebut idol, maupun aktris/aktor dalam drama. Tak cukup di situ, ketika sudah masuk ke korean wave , maka seseorang tersebut akan tertarik untuk mengenal budaya Korsel lebih jauh, termasuk produk produk kreatifnya.
Misalnya, seperti baju tradisional Korsel. Kemudian, seseorang tersebut akan lebih banyak mengenal produk produk yang merupakan buatan Korsel hingga pada akhirnya berkeinginan untuk memilikinya. Pemasaran produk ini juga seringkali dijumpai dalam industri k pop dan k drama.
"Jadi berikutnya orang tersebut akan merasa dekat (dengan Korsel) dan berkeinginan beli produk produk dari industri Korsel, misalnya mau beli hp belinya Samsung dan mobil belinya Hyundai," jelas dia. Strategi yang dilakukan pemerintah Korsel ini dinilai efektif dalam mendorong perekonomian negara tersebut. Umar bilang, dalam menjalankan strategi K Brand, Korsel melakukan kurasi produk, peningkatan kualitas, dan promosi produk dalam berbagai ajang internasional.
"Jadi semuanya ada istilah 'K', itu jadi branding global yang luar biasa," kata dia. Hasil dari strategi ini setidaknya tecermin dari kinerja penjualan k products yang mencapai 52,5 miliar KRW atau sebesar 45,6 juta dollar AS pada tahun 2019. Selain itu, terjadi peningkatan visibilitas k products terutama di kawasan Amerika dan Asia.
"Strategi ini memang lebih efektif, dari sisi mindset. Dan ini adalah sesuatu yang memang di sengaja, di desain oleh Korsel, bukan yang terjadi tanpa sengaja," ujarnya. Di sisi lain, lanjut Umar, ada peranan penting pula dari pada pelaku usaha di Korsel, baik dari tingkat UMKM hingga pengusaha besar.
Di mana produk yang dihasilkan para pelaku usaha memiliki kualitas yang baik, sehingga sangat diterima di pasar global. Umar mengatakan, pada pelaku usaha Korsel ketika memulai berbisnis memang sudah memikirkan untuk bisa memasarkan produk hingga ke global, bukan hanya lokal. Oleh sebab itu, kualitas produknya memang dibuat sesuai standar internasional.
"Pikirannya itu selalu dari awal global market. Menurut saya mindset ini penting, supaya kualitas produknya terus menerus terjaga sehingga kompetitif di pasar global, bukan hanya lokal," tutup Umar.